Mengakrabi Selapan Majemuk

anggertimur
3 min readSep 10, 2017

--

FOTO & CERITA: © ANGGERTIMUR LANANG TINARBUKO

Puluhan kaum pria telah memadati sebuah ruang terbuka memanjang beratap seng. Ruang ini disekat dua dengan pagar bambu. Sisi sebelah barat menjadi tempat hasil panen dikumpulkan. Sisi timur digunakan untuk duduk melingkar bersama. Di sisi selatannya, berpusat sebuah sendang mungil yang dilingkari pepohonan rindang.

Lepas tengah hari, masyarakat Ciren, Triharjo, Pandak, Bantul, Yogyakarta ini tengah menggelar Selapan Majemuk, ritual ucap syukur yang mereka percaya sejak zaman nenek moyang. Ritual ini pun selalu digelar di tepian Sendang Luh Sinongko yang dipercaya keramat.

Kaum pria menyiapkan hasil panen yang telah didoakan untuk dibagikan ke masyarakat. (foto: Anggertimur Lanang Tinarbuko)

Selapan Majemuk adalah sebuah ritual yang dilaksanakan saban Kamis Wage, seusai panen raya. Ritual ini akan diawali kegiatan bersih dusun (majemuk, istilah masyarakat Ciren). Sekaligus menguras air Sendang Luh Sinongko, sebelum acara Selapan Majemuk mewujud. “Biasanya pagi hari, sendang akan dikuras, sembari bapak-bapak menyiapkan acara Selapan Majemuk”, tutur Edi Saryanto, salah seorang warga.

Sedang Luh Sinongko dengan air yang telah di kurasi pagi harinya. (foto: Anggertimur Lanang Tinarbuko)

Saat langkah mulai memangkas jarak, terasa nuansa guyup khas pedesaan yang kental. Bapak-bapak menggunakan atasan batik, dipadupadan dengan sarung. Lengkap dengan peci sebagai penutup kepala. Mereka yang rumah tinggalnya di sekitar sendang, bahu membahu menjamu para tetangga desa yang datang. Ada yang bertugas membagi ayam ingkung, buah-buahan, serta sayur-mayur dalam wadah dari anyaman bambu yang biasa disebut besek. Pun para pemuda bertugas menghantarkan teh nasgitel dan arem-arem dengan cara berjalan jongkok, sebagai wujud rasa hormat pada para tamu yang dominan berusia senja.

Seorang pria tengah membagi ayam ingkung untuk dibagikan pada masyarakat. (foto: Anggertimur Lanang Tinarbuko)
Seorang ibu tengah khusuk menyenandungkan doa pujiannya pada Sang Pencipta dalam acara Selapan Majemuk. (foto: Anggertimur Lanang Tinarbuko)
Para pria tengah khusuk merapal doa pujian pada Sang Pencipta dalam acara Selapan Majemuk. Di depannya telah dibagikan hasil panen (berkah) yang telah didoakan. (foto: Anggertimur Lanang Tinarbuko)

Selapan Majemuk dipimpin Mbah Kaum (80) tetua masyarakat Ciren. Sebelum acara dimulai, ia telah duduk bersila di antara hasil panen dan ternak yang dibawa warga untuk didoakan. Setelahnya, ia memimpin warga untuk merapal syukur dalam bahasa Krama Inggil. Acara berjalan khusyuk dalam keteduhan doa.

Suasana selepas ritual Selapan Majemuk. Orang-orang menaiki mobil pick up untuk membawa berkah. (foto: Anggertimur Lanang Tinarbuko)

Tak berangsur lama, berkah berupa nasi putih, nasi kuning, lauk pauk, buah-buahan, serta sayur mayur mulai dibagikan. Kesemuannya diikat dengan kain corak agar mudah saat dibawa. Sebelumnya beranjak pulang, masyarakat mengambil air dari Sendang Luh Sinongko untuk menggenapi berkat yang akan dibawa pulang ke rumah.

Sebuah perpaduan harmonis antara agama yang tetap dianut serta tradisi yang digenggam teguh. Representasi Nusantara yang sesungguhnya.

--

--

anggertimur
anggertimur

Written by anggertimur

#PenceritaFoto | Archiving Local Culture of Indonesia https://www.instagram.com/anggertimur/

No responses yet