Pulas Jenaka Balik Pentas
Berkejaran dengan jam delapan malam, segerombolan bocah tengah memulas diri jadi Rucah, prajurit kera dalam cerita Ramayana. Suasana belakang pentas di sisi selatan Mandira Baruga pun jadi bergairah, meski sinaran lampu tak begitu benderang. Farel (10) dan Moreno (7), dua sahabat yang datang paling gegas ini jadi lakon jenaka yang hadirkan tawa. Tingkah polahnya pudarkan suasana bekerja jadi bermain bersama.
Farel, Moreno, dan belasan bocah usia 7–15 tahun tergabung dalam kelompok Sendratari Ramayana Ballet. Saban malam, Mandira Baruga atau lebih akrab dikenal sebagai Purawisata di kawasan Mergangsang, Yogyakarta ini tak pernah absen mementaskan sendratari Ramayana. “Biasanya keseluruhan cerita Ramayana ini dipadatkan dalam satu kali gelaran. Jadi keseluruhan cerita tetap ditampilkan tapi dibuat lebih singkat”, aku Supriyanto, yang malam ini berperan sebagai Rahwana.
Menariknya, beberapa anggota dari Sendratari Ramayana ini masih memiliki ikatan darah. Supriyanto dan Farel, misalnya, mereka adalah kakek dan cucu yang bermain bersama dalam pentas Ramayana Ballet. Hal ini yang membuat suasana guyup kekeluargaan begitu terasa. Selain itu, intensitas bermain bersama menjadikan mereka hapal alur cerita Ramayana di luar kepala. Meskipun beberapa kali ada yang sempat terlambat masuk, saat sudah harus naik pentas. “Ayo cepat, giliranmu!”, seru Uya, menghardik Moreno yang masih asyik bermain besama Farel.
Pentas malam ini bertepatan dengan tanggal gajian para pemain Sendratari Ramayana. Bocah-bocah Rucah ini tak ketinggalan merasakan sukacita waktu gajian. Mereka menyemut, mengelilingi ruangan tempat gaji dibagikan. “Eh kamu dapat berapa?”, tanya Orva, salah satu Rucah perempuan. Ia mendapatkan 93 ribu rupiah sebagai hasil kerjanya selama sebulan. Menurut sang Ibu, Orva tidak hadir penuh selama sebulan karena keperluan sekolah.
Bagi mereka, uang bukan yang utama, karena kebersamaan dengan teman-teman lebih berharga. Meniti tradisi pun belum lekat dalam kesadaran mereka. Tetapi, tanpa sadar, seni tradisi terus bertumbuh dalam jiwa-jiwa muda yang gempita.