Semerbak Cumbu Kembang Waru

anggertimur
2 min readNov 12, 2017

--

FOTO & CERITA: © ANGGERTIMUR LANANG TINARBUKO

Denyut saliva tak tertahan, tatkala wangi adonan terigu, telur, dan gula pasir menelusup penghirup. Terlebih saat ketiganya mewujud dalam rupa kue hangat, selepas dikembangkan oven tradisional bertenaga arang. Aromanya khas, menguar, memanggil kenangan semasa bocah.

Nuansa ini hanya bisa dirasakan kembali saat mengakrabi sebuah dapur belakang rumah, di sudut Bumen, Kotagede, Yogyakarta. Di sinilah sepasang suami istri, meniti hidup dengan kue kembang waru, resep tradisi para moyang.

Basis Hargito (73) dan Sogidah (65), ialah sepasang suami istri yang melenggangkan resep kue kembang waru melintas masa. Kini dengan mahar 1.700 rupiah, sebentuk kue kembang waru dapat dinikmati. Namun, untuk menikmati kue kembang waru, Basis menyarankan untuk memesan terlebih dahulu. “Kami sudah jarang sekali nyetok mbang waru, untuk memenuhi pesanan yang datang saja sudah kewalahan”, tambahnya.

Selepas subuh hingga menjelang senja, Sogita tak akan beranjak dari dapur belakang rumah. Ia memastikan, sejak mula meracik adonan hingga kue kembang waru mewangi, selepas keluar dari oven tradisional. Banyaknya pesanan yang dikerjakan sendiri, membuatnya kerap merasa diburu waktu. “Rasanya kemrungsung (diburu waktu), kalau jamnya sudah mepet”, aku Sogita sembari mengoleskan mentega pada kue kembang waru yang baru keluar dari oven.

Sementara, Basis akan sibuk menata kue kembang waru untuk dimasukkan ke box, sembari menerima pesanan yang datang, baik lewat telpon, Whatsapp, maupun yang datang langsung ke rumahnya.

Saban harinya, sedikitnya, 500 kue kembang waru disiapkan khusus untuk para perindu kue kembang waru. Cita rasanya selalu berhasil mencumbu dengan kelembutan permukaan kue dan aromanya yang harum. Sebuah nostalgia rasa yang selalu berhasil mengelanakan benak ke masa silam.

--

--

anggertimur
anggertimur

Written by anggertimur

#PenceritaFoto | Archiving Local Culture of Indonesia https://www.instagram.com/anggertimur/

No responses yet