Syukur Atas Turut Serta Leluhur

anggertimur
2 min readNov 30, 2020

--

Pagi beringsut lambat pada satu hari diawal bulan penghujung tahun. Gigil sisa hujan semalam membuai untuk kembali lelap. Namun di luar, percakapan hangat merayap, diikuti langkah-langkah yang berduyun menuju satu tuju. Lamat-lamat seiring langkah yang tertambat, terlihat pria muda pun senja berjaket tebal dan berkalung sarung. Berjalan menuju mata air Desa Tlahab, Temanggung. Melintasi kabut yang masih lamat sembunyikan Gunung Sumbing di sisi selatan.

Di lingkar jam yang belum genap pukul enam, puluhan pria sudah memadati sudut ruang bawah pohon besar di penghujung jalan. Kian dekat kaki merapat, aroma tanah basah selepas hujan disilih tipis menyan yang menguar. Dipercaya sedari moyang, di balik ruang ini terdapat sebuah sendang berjuluk Sendang Sedandang. Tempat Nyai Rantamsari, ibu setiap mata air bersemayam. “Sejak saya kecil dulu, setiap Jumat Kliwon pertama setelah sasi Sapar, masyarakat akan sembayang bersama di Sendang Sedandang ini untuk mengucap syukur atas hasil panen tembakau”, udar Zuny, pemuda setempat sekaligus pegiat budaya.

Tak lama, dari setiap penjuru yang dihubungkan jalan setapak, para wanita muda pun senja menyusul. Bersama tenong anyam bambu yang diusung di kepala atau disanding di pinggang, sembari menggandeng putra-putri kesayangan berjalan dengan rasa kantuk tak tertahan. Kian ramai, kian rapat. Suasana pun semakin hangat. Sembari menunggu laku syukur memasuki mula, para ibu saling bertukar cerita tentang masakannya yang kini dibawa dalam tenong. Lazimnya, wadah serbaguna dari anyam bambu ini berisi nasi tumpeng, lengkap dengan ayam ingkung, sayur, mi, sambal goreng, kerupuk serta jajan pasar. Tak lama setelah Pak Kaum hadir, laku syukur diawali. Rapal doa dibisikkan dalam hati pun bibir setiap warga, wujud rasa syukur atas setiap berkah yang masih menaungi setiap mereka.

Setelahnya, mereka beranjak menuju tanah leluhur yang dinaungi teduh Ringin Kurung, yang dipercaya masyarakat Tlahab sebagai tempat ari-ari Raden Mas Sundoro, yang kelak menjadi Sultan HB II, dipendam. Bersama, warga melingkarkan tenong dengan tangan menengadah. Dituntun Pak Kaum untuk kembali bermunajat atas berkah melimpah panen tembakau dari Sang Pencipta, dalam perantaraan semesta, dinaungan leluhur bumi pertiwi. Kesemuannya ditutup dengan bersama menyantap nasi berkat, lengkap dengan ayam ingkung yang sudah didoakan, dengan nikmat.

--

--

anggertimur
anggertimur

Written by anggertimur

#PenceritaFoto | Archiving Local Culture of Indonesia https://www.instagram.com/anggertimur/

No responses yet